Sunday 8 March 2015

Mengapa Wanita Tampaknya Tak Pernah Langsung Menuju Ke Pokok Persoalan? (Seri Memahami Bahasa Wanita Part IV)


mengapa wanita tampaknya tidak pernah langsung menuju ke pokok persoalan
Ilustration source: www2.pacific.edu

Bagi para pria, wanita seringkali dipandang tidak jelas atau suka berputar-putar daripada langsung mengarah ke apa yang dimaksud. Kadang-kadang seorang pria merasa seakan-akan dia disuruh menebak-nebak apa yang diinginkan si wanita, atau dia diminta menjadi seorang pembaca pikiran. Ketidakjelasan yang mencolok ini dikenal sebagai percakapan tidak langsung.

Surat dari seorang pembaca pria ini memperlihatkan bagaimana hal itu dirasakan oleh para pria:
Istriku memiliki kepiawaian yang tinggi dalam hal percakapan tidak langsung. Kemarin, contohnya, dia mondar-mandir di dapur dan berkata, “Pada rapat staf kemarin, penyeliaku berkata, ‘Jangan makan salami.’” “Apa?” seruku, “Apa katanya tentang salami?” “Bukan dia, tapi kau,” jawabnya dengan nada kesal, “Aku tak ingin kau makan salami itu. Aku menghematnya.” Aku berdiri termangu dengan wajah bodoh, sambil berusaha mencari-cari di mana letak transkrip percakapan kami tadi di dalam lemari arsip berdebu di dalam kepalaku, sementara dia dengan seenaknya menyambung lagi kata-katanya, sambil mengatakan kepadaku apa yang sesungguhnya dikatakan oleh penyelianya. Dia selalu saja begitu. Aku harus menyelipkan penanda batas buku ke dalam rangkaian kata-katanya sehingga aku dapat mengidentifikasi manakah benang percakapan yang sedang diucapkannya dengan ketus. Dia dapat menyimpan empat atau lima garis pemikiran yang berbeda yang berjalan secara simultan dengan mudahnya, sementara aku berusaha keras mengikuti arahnya. Tampaknya, semua teman-teman wanitanya bisa mengikutinya, namun hal itu membuat aku dan kedua anak laki-laki kami mengalami kerusakan otak. Bagaimana bisa wanita intelek seperti itu menjadi kacau-balau tak karuan begini sewaktu berbicara? “Apakah kau mau nonton film malam ini?” tanyanya. Aku terkesan dengan ajakannya namun kukatakan, “Tidak”—aku ada pekerjaan di garasi. Hampir satu jam barulah kusadari bahwa dia tidak bicara kepadaku. Aku bertanya apakah ada masalah, dia berkata, “Tidak,” namun dia tetap diam saja. Ketika aku mendesaknya tentang hal itu dia berteriak, dengan mata berkaca- kaca, “Kau tak pernah mengajakku ke bioskop!” Hei... hei...—kupikir tadi dialah yang mengajakku ke bioskop, bukan sebaliknya! Suatu hari, sambil membawa setumpuk cucian ke garasi, aku berkata, “ Nanti aku perlu pergi ke toko peralatan.”

Aku menyibukkan diriku di garasi sekitar empat puluh menit, selama itu aku mulai memasukkan setumpuk cucian, memindahkan beberapa kotak, dan membersihkan sebuah rak. Aku telah memikirkan beberapa hal yang nanti harus dikerjakan pada hari itu, setelah pulang dari toko peralatan. Tatkala aku masuk kembali ke dalam rumah, dia mendongakkan kepala dari pekerjaannya dan berkata, “Mengapa?” “Heh? Apanya yang mengapa?” tanyaku. “Kau perlu apa?” “Aku tidak perlu apa-apa! Kita bicara apa ini?” “Kalau tidak butuh apa-apa, kenapa tadi pergi ke toko peralatan?” kejarnya, dengan tangan bersedekap dan postur menyelidik yang hampir semua pria menikah pasti mengenali gaya itu. Hey, percakapan tersebut sudah lama, dan aku sudah mengisi penuh persediaan bahan percakapanku dengan banyak hal lain untuk dibicarakan dan, sepanjang yang kupikirkan, toko peralatan adalah berita basi. Namun bagi istriku, hal itu tak pernah selesai, maka ia tetap berada di puncak tumpukan, di mana menurut anggapannya aku juga masih menyimpannya. Seiring dengan berjalannya waktu kami berusaha menyelesaikan masalah yang pelik ini, dia yakin bahwa aku tidak mendengarkan, dan aku setengah yakin bahwa dia memang benar.

Aku berusaha memecahkan hal ini nanti, tepat setelah menghabiskan sandwich salamiku. Raymond yang sedang frustrasi Sewaktu sedang berbicara, seorang wanita sering menggunakan percakapan tidak langsung. Ini berarti dia memberi isyarat atas apa yang diinginkannya atau menarik kesimpulan atas sesuatu. Istri Raymond juga berbicara dengan menggunakan multi jalur, maka Raymond pun jadi kebingungan mencari arah dalam pembicaraan tersebut. Percakapan tidak langsung wanita memiliki sebuah maksud—membangun hubungan dan ikatan dengan orang lain dengan menghindari agresi, konfrontasi atau pertentangan. Dari sudut pandang evolusi,dengan bersikap tidak langsung memungkinkan para wanita menghindari ketidaksepakatan satu sama lain dan memudahkan untuk menjalin ikatan dengan tidak tampak dominan atau agresif. Pendekatan ini sangat sesuai ke dalam keseluruhan pendekatan seorang wanita untuk melanggengkan harmoni. Sewaktu para wanita menggunakan percakapan tidak langsungdengan para wanita lainnya jarang ada masalah—para wanita punya kepekaan untuk mengurai maksud yang sebenarnya. Bagaimanapun, hal tersebut dapat mendatangkan bahaya manakala diterapkan terhadap para pria.

Para pria menggunakan percakapan langsung dan menangkap kata-kata secara harfiah. Sebagaimana telah kami katakan tadi, otak para pria berkembang sebagai sebuah mesin yang berfokus tunggal karena tuntutan-tuntutan dalam melakukan perburuan. Mereka mendapati kekurangan struktur percakapan dan tujuan dari para wanita sangat memusingkan, dan menuduh para wanita tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka memberikan tanggapan dengan mengatakan hal-hal seperti “Apa maksudnya ini?”, “Pembicaraan ini arahnya kemana?”dan “Apa garis besarnya” Para pria kemudian melanjutkan berbicara kepada wanita seakan-akan dia adalah seorang pasien sakit jiwa disebuah tempat perawatan atau akan menyuruhnya diam dengan mengatakan, “Kita sudah berkali-kali membicarakan hal ini,” “Berapa lama lagi ini berjalan?” dan “Percakapan ini terlalu menguras tenaga dan tidak mengarah kemana-mana!”

Percakapan Tidak Langsung Dalam Bisnis
Ketika seorang wanita menggunakan percakapan tidak langsung dalam bisnis, maka hal ini dapat menimbulkan masalah karena kebanyakan pria mengalami kesulitan dalam mengikuti percakapan tidak langsung yang multijalur. Para pria perlu diberi presentasi ide-ide dan informasi yang jelas, logis, dan tertata sebelum mereka mengambil sebuah keputusan. Ide-ide atau permintaan-permintaan seorang wanita bisa saja ditolak semata-mata hanya karena atasan prianya tidak menangkap isyarat apa yang sesungguhnya diinginkannya. Marie adalah sebuah contoh korban klasik. Setelah bernegosiasi enam bulan, Marie akhirnya memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan program periklanan baru perusahaannya kepada sebuah klien finansial besar. Audiens yang hadir terdiri dari delapan orang pria dan empat orang wanita, jumlah transaksi yang akan diraih adalah $200,000, dan dia diberi waktu tiga puluh menit untuk memberikan presentasi. Dia tahu bahwa peluangnya cuma sekali ini saja. Pada hari itu, Marie tiba dengan setelan busana kerja sebatas lutut yang apik dan serasi, rambutnya diikat rapi, dia memakai makeup natural yang tipis dan dia telah berlatih melakukan presentasinya menggunakan Power Point hingga pada suatu titik di mana dia dapat menyampaikannya sambil tidur. Akan tetapi, begitu dia memulai presentasinya, dia memperhatikan betapa kosongnya pandangan para pria yang hadir terhadapnya. Dia merasa bahwa mereka sedang menghakimi dirinya dengan kritis dan, dengan asumsi bahwa mereka sedang kehilangan minat, dia pun mulai melakukan presentasinya dengan menggunakan pembicaraan multijalur guna memompa minat mereka dengan cara mundur lagi ke slide-slide awal, berbicara secara tidak langsung dan berusaha untuk menunjukkan bagaimana satu sama lain saling berkaitan. Para wanita yang hadir memberikan dukungan kepadanya dengan memberikan senyuman ke arahnya, dengan menunjukkan beragam ekspresi wajah dan bersuara sebagaimana halnya orang yang sedang menyimak seperti “Ah-ha” “Ya!” dan “Mmmm” dan mereka umumnya tampak tertarik. Marie senang sekali dengan tanggapan balik dari para audiens wanita dan mulai berceloteh kepada mereka, sehingga secara tak sengaja mengabaikan para pria. Seluruh presentasinya berubah menjadi aksi akrobatik. Dia selesai dan pergi keluar, dengan keyakinan bahwa dia telah berhasil melakukan pekerjaan yang hebat dan tak sabar lagi menunggu tanggapan dari pihak perusahaan tersebut.

Berikut ini adalah percakapan yang berlangsung di antara para eksekutif pria sewaktu minum kopi setelah Marie pergi:

Direktur Pemasaran: “Apakah kalian menangkap apa yang tadi dikatakannya?”
Pimpinan Eksekutif: “Tidak ..... dia bikin aku bingung. Bilang kepadanya supaya mengirim proposal itu dalam bentuk tertulis.”

Marie telah menggunakan percakapan multijalur dalam presentasinya dan menggunakan percakapan-percakapan tidak langsung terhadap sekelompok pria yang tidak dapat menangkap isyarat tentang apa yang sedang dibicarakannya atau apa berhubungan dengan apa. Para eksekutif wanita senang dengan presentasi itu dan ikut berpartisipasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan namun tak ada pria yang ingin mengacungkan jari tangannya dan mengakui bahwa dirinya tidak paham.

Seorang wanita perlu memahami bahwa bila seorang pria tidak dapat mengikuti apa yang sedang dikatakannya maka dia seringkali akan berpura-pura paham daripada dirinya kelihatan bodoh. Manakala seorang pria tidak dapat mengikuti pembicaraan bisnis seorang wanita, maka seringkali dia akan berpura-pura paham. Para wanita seringkali mengharapkan para pria dalam hidup mereka akan memahami, menguraikan dan bisa mengikuti percakapan tidak langsung. Namun para pria tidak dapat melakukan hal itu. Tanpa memandang usia seorang pria, seorang wanita tetap perlu berbicara secara langsung. Beri dia jadwal waktu, agenda, jawaban-jawaban berdasarkan fakta dan tenggat waktu. Para wanita perlu bersikap langsung terhadap para pria dalam bisnis dan memberi mereka satu hal dalam satu waktu untuk dipertimbangkan.

Sementara, Marie masih menunggu jawaban yang dinantikannya.....Percakapan Tidak Langsung Di Rumah Tatkala seorang wanita berkata ..... Maksud sebenarnya adalah .....Kita perlu bicara Aku sedang stres atau punya masalah Kita perlu Aku ingin Aku menyesal Kamu yang akan menyesal Itu keputusanmu Selama aku setuju Itu tidak masalah bagiku Tentu saja itu masalah bagiku! Kamu harus belajar berkomunikasi Pokoknya setujui saja apa kataku Apakah kau mencintaiku? Aku ingin sesuatu yang mahal Kamu bersikap manis deh malam ini Apakah seks saja yang selalu kaupikirkan? Seberapa besar cintamu kepadaku? Aku telah melakukan sesuatu yang tak akan kausukai Bersikap romantislah, padamkan Kedua pahaku sudah bergelambir lampunya

Studi Kasus:
Anne Dan Tomi Anne pergi belanja dengan teman-temannya dan ingin agar anak laki-lakinya yang berumur 16 tahun, Tomi, membersihkan dapur. “Tomi maukah kau membantu ibu membersihkan dapur?” tanyanya. “Uh .....yeah .....” jawabnya bergumam. Tatkala Anne sudah kembali dari perjalanannya dengan teman-temannya, dapurnya ternyata masih berantakan. Sesungguhnya, bahkan lebih parah daripada sebelum ditinggal pergi tadi. Dia pun marah. “Tapi aku akan membersihkannya sebelum pergi keluar nanti malam!” kata Tomi membela diri. Masalahnyadi sini ada pada Anne. Dia telah menggunakan percakapan tidak langsung dan berasumsi bahwa Tomi akan menyadari bahwa manakala ibunya pulang nanti bersama teman-temannya, dapurnya akan perlu dibersihkan. Dia tadi bertanya, “Apakah kau mau membantu ibu membersihkan dapur?” Tak ada remaja pria yang mau “membersihkan” dapur dan tidak juga Tomi. Sebuah permintaan yang disertai tenggat waktu seperti, “Tomi,tolong dapurnya dibersihkan sebelum ibu pulang tengah hari nanti” akan lebih menjamin hasil yang pasti.
Para anak laki-laki tidak “suka” melakukan pekerjaan rumah tangga—kepada mereka perlu diperintahkan untuk melakukan hal itu. Malam itu, Anne berkata kepada Tomi, “Ibu kepingin kamu belajar dulu satu jam sebelum tidur.” Pendekatan tidak langsung model begini akan berhasil diterapkan terhadap anak-anak wanita tapi tidak mempan terhadap anak-anak pria. Otak seorang anak pria mendengarnya bahwa sang ibu ingin dia melakukan hal itu namun sesungguhnya dia tidak diperintahkan untuk melakukannya, maka dia pun tidak melakukannya. Bila ibunya mendapatinya mendengarkan radio atau nonton TV, maka bisa saja timbul pertengkaran. Perintah langsung dengan batas waktu adalah satu-satunya cara yang realistis untuk menangani para pria. “Tomi, ibu ingin kamu belajar satu jam di kamarmu dan ibu akan datang untuk mengucapkan selamat tidur sebelum kamu pergi tidur. ”Dengan instruksi langsung maka terdapat ruang yang sempit untuk terjadinya miskomunikasi dan para pria menghargai arahan-arahan yang jelas. Kebanyakan wanita mengkhawatirkan bahwa percakapan langsung terlalu agresif atau konfrontatif. Manakala diterapkan terhadap wanita lain, itu mungkin benar. Akan tetapi, bagi para pria, percakapan langsung sangatlah normal karena memang begitulah cara mereka berkomunikasi.


Solusi Bagi Para Wanita:
percakapan tidak langsung digunakan oleh para wanita untuk menjalin ikatan dengan para wanita lainnya. Gunakanlah hanya percakapan langsung terhadap para pria. Pada awalnya mungkin terasa sulit namun dengan latihan akan memberikan hasil-hasil yang Anda inginkan dan akan mendapati lebih sedikit ketidaksepakatan dengan para pria dalam hidup Anda.

Bagi Para Pria:
bila seorang wanita sedang bicara dan Anda mengalami kesulitan dalam mengikuti alurnya, maka duduklah ke belakang, simaklah dan terus cermati tanpa menawarkan solusi. Yang terburuk, beri dia batas waktu—“Aku mau nonton berita jam 7 malam, sayang, tapi sambil menunggu sampai saat itu aku akan terus mendengarkan pembicaraanmu.” Tatkala Anda melakukan hal ini maka biasanya dia sendiri yang akan berhenti bicara dan merasa senang dan rileks, tanpa Anda harus melakukan sesuatu.

Salah seorang pembaca kami mengirim Kamus Istilah-Istilah Tidak Langsung Wanita yang terjadi selama berlangsungnya pertengkaran rutin mereka.

“Baik” Seorang wanita menggunakan kata ini di akhir suatu pertengkaran di mana dia yakin bahwa dia yang benar tapi perlu membuat lawan bicara prianya tutup mulut. Seorang pria hendaknya jangan sekali-kali menggunakan “Baik” untuk menggambarkan seperti apa tampaknya seorang wanita. Ini akan menimbulkan pertengkaran yang berakhir dengan si wanita .

berkata “Baik!” “Lima menit” Ini sekitar setengah jam. Ini sama dengan lima menit sebelum pertandingan sepak bola yang berakhir sebelum seorang pria berkata dia akan membawa sampah ke luar.

“Tidak apa-apa” Ini berarti “ada apa-apa.” “Tidak apa-apa” biasanya digunakan untuk menggambarkan perasaan yang dimiliki oleh seorang wanita tatkala dia merasa seperti membuat seorang pria tercekat. “Tidak apa-apa” seringkali menandai awal sebuah pertengkaran yang akan berlangsung selama “Lima menit” dan berakhir dengan kata “Baik.” “Teruskan” (dengan alis mata diangkat)  Ini adalah suatu tantangan yang berakhir dengan hasil di mana seorang wanita menjadi jengkel dengan “Tidak apa-apa” dan akan berakhir dengan kata “Baik.” “Terus” (dengan alis mata biasa-biasa saja) Ini artinya “aku menyerah” atau “Terserah apa maumu karena aku tidak peduli.” Anda biasanya akan menerima kata “Teruskan” (dengan alis mata diangkat) dalam waktu beberapa menit setelah itu, diikuti dengan “Tidak apa-apa” dan “Baik” dan dia akan berbicara kepada Anda sekitar “Lima menit” manakala dia mulai tenang. “Mendesah dengan suara keras” Ini artinya dia berpikir bahwa Anda orang dungu dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengapa tadi dia menghabis-habiskan waktunya dengan berada di sini dan bertengkar dengan Anda tentang sesuatu yang “Tidak apa-apa.”

“Oh?” Sebagai awal dari sebuah kalimat, “Oh” biasanya menandai bahwa Anda tertangkap basah sedang berbohong. Misalnya, “Oh?” Aku sudah bicara dengan adik laki-lakimu tentang apa yang kamu lakukan tadi malam” dan “Oh?” Aku diminta untuk mempercayai hal itu kan?” Dia akan bilang kepada Anda bahwa dia “Baik” sambil melempar pakaian Anda ke luar jendela namun jangan menambah kebohongan lagi untuk keluar dari situasi tersebut, atau Anda akan mendapat “Teruskan” dengan alis mata diangkat. “Baiklah” Ini artinya dia ingin berpikir lama dan keras sebelum membalas apa pun yang telah Anda lakukan. “Baiklah” seringkali digunakan dengan “Baik” dan digunakan sebagai sambungan dari “Teruskan” dengan alis terangkat. Pada titik tertentu tak lama setelah itu tatkala dia sudah selesai membuat rencana, maka Anda akan berada dalam masalah yang besar. “Silakan” Ini bukanlah sebuah pernyataan, ini adalah tawaran kepada Anda untuk bicara. Seorang wanita sedang memberi Anda peluang untuk mengemukakan alasan atau dalih apa pun yang Anda miliki atas apa pun yang telah Anda lakukan. Bila Anda tidak berkata jujur maka Anda akan mendapatkan kata “Baiklah” pada akhirnya. “Sungguh?” Dia tidak sedang mempertanyakan validitas apa yang sedang Anda katakan, dia sekadar memberitahu Anda bahwa dia tidak percaya sepatah kata pun. Anda menawarkan untuk memberi penjelasan dan mendapatkan “Silakan.” Semakin banyak Anda mengemukakan alasan kepadanya, maka makin keras dan sarkastis kata-kata “Sungguh” darinya, dibumbui dengan banyak kata “Oh,” “mengangkat alis mata” dan diakhiri dengan “mendesah dengan suara keras.” “Terima kasih banyak” Seorang wanita akan mengatakan ini ketika dia sungguh-sungguh sudah muak terhadap Anda. Ini tandanya Anda telah menyakitinya dengan tanpa peduli, dan akan disusul dengan “mendesah dengan suara keras.” Jangan tanyakan apa yang salah setelah “mendesah dengan suara keras” ini, karena dia akan berkata, “Tidak apa-apa.” Lain kali saat di mana dia akan membiarkan Anda akrab lagi dengannya akan menjadi “Suatu Hari.”


Like/Share bila dirasakan bermanfaat

Best Regards
Lofe

No comments:

Post a Comment