Ilustration source: www2.pacific.edu |
Bagi para pria, wanita seringkali dipandang tidak jelas atau suka berputar-putar daripada langsung mengarah ke apa yang dimaksud. Kadang-kadang seorang pria merasa seakan-akan dia disuruh menebak-nebak apa yang diinginkan si wanita, atau dia diminta menjadi seorang pembaca pikiran. Ketidakjelasan yang mencolok ini dikenal sebagai percakapan tidak langsung.
Surat dari seorang pembaca pria ini memperlihatkan bagaimana hal itu dirasakan oleh para pria:
Istriku
memiliki kepiawaian yang tinggi dalam hal percakapan tidak langsung.
Kemarin, contohnya, dia mondar-mandir di dapur dan berkata, “Pada rapat
staf kemarin, penyeliaku berkata, ‘Jangan makan salami.’” “Apa?” seruku,
“Apa katanya tentang salami?” “Bukan dia, tapi kau,” jawabnya dengan
nada kesal, “Aku tak ingin kau makan salami itu. Aku menghematnya.” Aku
berdiri termangu dengan wajah bodoh, sambil berusaha mencari-cari di
mana letak transkrip percakapan kami tadi di dalam lemari arsip berdebu
di dalam kepalaku, sementara dia dengan seenaknya menyambung lagi
kata-katanya, sambil mengatakan kepadaku apa yang sesungguhnya dikatakan
oleh penyelianya. Dia selalu saja begitu. Aku harus menyelipkan penanda
batas buku ke dalam rangkaian kata-katanya sehingga aku dapat
mengidentifikasi manakah benang percakapan yang sedang diucapkannya
dengan ketus. Dia dapat menyimpan empat atau lima garis pemikiran yang
berbeda yang berjalan secara simultan dengan mudahnya, sementara aku
berusaha keras mengikuti arahnya. Tampaknya, semua teman-teman wanitanya
bisa mengikutinya, namun hal itu membuat aku dan kedua anak laki-laki
kami mengalami kerusakan otak. Bagaimana bisa wanita intelek seperti itu
menjadi kacau-balau tak karuan begini sewaktu berbicara? “Apakah kau
mau nonton film malam ini?” tanyanya. Aku terkesan dengan ajakannya
namun kukatakan, “Tidak”—aku ada pekerjaan di garasi. Hampir satu jam
barulah kusadari bahwa dia tidak bicara kepadaku. Aku bertanya apakah
ada masalah, dia berkata, “Tidak,” namun dia tetap diam saja. Ketika aku
mendesaknya tentang hal itu dia berteriak, dengan mata berkaca- kaca,
“Kau tak pernah mengajakku ke bioskop!” Hei... hei...—kupikir tadi
dialah yang mengajakku ke bioskop, bukan sebaliknya! Suatu hari, sambil
membawa setumpuk cucian ke garasi, aku berkata, “ Nanti aku perlu pergi
ke toko peralatan.”
Aku menyibukkan diriku di garasi
sekitar empat puluh menit, selama itu aku mulai memasukkan setumpuk
cucian, memindahkan beberapa kotak, dan membersihkan sebuah rak. Aku
telah memikirkan beberapa hal yang nanti harus dikerjakan pada hari itu,
setelah pulang dari toko peralatan. Tatkala aku masuk kembali ke dalam
rumah, dia mendongakkan kepala dari pekerjaannya dan berkata, “Mengapa?”
“Heh? Apanya yang mengapa?” tanyaku. “Kau perlu apa?” “Aku tidak perlu
apa-apa! Kita bicara apa ini?” “Kalau tidak butuh apa-apa, kenapa tadi
pergi ke toko peralatan?” kejarnya, dengan tangan bersedekap dan postur
menyelidik yang hampir semua pria menikah pasti mengenali gaya itu. Hey,
percakapan tersebut sudah lama, dan aku sudah mengisi penuh persediaan
bahan percakapanku dengan banyak hal lain untuk dibicarakan dan,
sepanjang yang kupikirkan, toko peralatan adalah berita basi. Namun bagi
istriku, hal itu tak pernah selesai, maka ia tetap berada di puncak
tumpukan, di mana menurut anggapannya aku juga masih menyimpannya.
Seiring dengan berjalannya waktu kami berusaha menyelesaikan masalah
yang pelik ini, dia yakin bahwa aku tidak mendengarkan, dan aku setengah
yakin bahwa dia memang benar.
Aku berusaha memecahkan hal
ini nanti, tepat setelah menghabiskan sandwich salamiku. Raymond yang
sedang frustrasi Sewaktu sedang berbicara, seorang wanita sering
menggunakan percakapan tidak langsung. Ini berarti dia memberi isyarat
atas apa yang diinginkannya atau menarik kesimpulan atas sesuatu. Istri
Raymond juga berbicara dengan menggunakan multi jalur, maka Raymond pun
jadi kebingungan mencari arah dalam pembicaraan tersebut. Percakapan
tidak langsung wanita memiliki sebuah maksud—membangun hubungan dan
ikatan dengan orang lain dengan menghindari agresi, konfrontasi atau
pertentangan. Dari sudut pandang evolusi,dengan bersikap tidak langsung
memungkinkan para wanita menghindari ketidaksepakatan satu sama lain dan
memudahkan untuk menjalin ikatan dengan tidak tampak dominan atau
agresif. Pendekatan ini sangat sesuai ke dalam keseluruhan pendekatan
seorang wanita untuk melanggengkan harmoni. Sewaktu para wanita
menggunakan percakapan tidak langsungdengan para wanita lainnya jarang
ada masalah—para wanita punya kepekaan untuk mengurai maksud yang
sebenarnya. Bagaimanapun, hal tersebut dapat mendatangkan bahaya
manakala diterapkan terhadap para pria.
Para pria
menggunakan percakapan langsung dan menangkap kata-kata secara harfiah.
Sebagaimana telah kami katakan tadi, otak para pria berkembang sebagai
sebuah mesin yang berfokus tunggal karena tuntutan-tuntutan dalam
melakukan perburuan. Mereka mendapati kekurangan struktur percakapan dan
tujuan dari para wanita sangat memusingkan, dan menuduh para wanita
tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka memberikan tanggapan
dengan mengatakan hal-hal seperti “Apa maksudnya ini?”, “Pembicaraan
ini arahnya kemana?”dan “Apa garis besarnya” Para pria kemudian
melanjutkan berbicara kepada wanita seakan-akan dia adalah seorang
pasien sakit jiwa disebuah tempat perawatan atau akan menyuruhnya diam
dengan mengatakan, “Kita sudah berkali-kali membicarakan hal ini,”
“Berapa lama lagi ini berjalan?” dan “Percakapan ini terlalu menguras
tenaga dan tidak mengarah kemana-mana!”
Percakapan Tidak Langsung Dalam Bisnis
Ketika
seorang wanita menggunakan percakapan tidak langsung dalam bisnis, maka
hal ini dapat menimbulkan masalah karena kebanyakan pria mengalami
kesulitan dalam mengikuti percakapan tidak langsung yang multijalur.
Para pria perlu diberi presentasi ide-ide dan informasi yang jelas,
logis, dan tertata sebelum mereka mengambil sebuah keputusan. Ide-ide
atau permintaan-permintaan seorang wanita bisa saja ditolak semata-mata
hanya karena atasan prianya tidak menangkap isyarat apa yang
sesungguhnya diinginkannya. Marie adalah sebuah contoh korban klasik.
Setelah bernegosiasi enam bulan, Marie akhirnya memperoleh kesempatan
untuk mempresentasikan program periklanan baru perusahaannya kepada
sebuah klien finansial besar. Audiens yang hadir terdiri dari delapan
orang pria dan empat orang wanita, jumlah transaksi yang akan diraih
adalah $200,000, dan dia diberi waktu tiga puluh menit untuk memberikan
presentasi. Dia tahu bahwa peluangnya cuma sekali ini saja. Pada hari
itu, Marie tiba dengan setelan busana kerja sebatas lutut yang apik dan
serasi, rambutnya diikat rapi, dia memakai makeup natural yang tipis dan
dia telah berlatih melakukan presentasinya menggunakan Power Point
hingga pada suatu titik di mana dia dapat menyampaikannya sambil tidur.
Akan tetapi, begitu dia memulai presentasinya, dia memperhatikan betapa
kosongnya pandangan para pria yang hadir terhadapnya. Dia merasa bahwa
mereka sedang menghakimi dirinya dengan kritis dan, dengan asumsi bahwa
mereka sedang kehilangan minat, dia pun mulai melakukan presentasinya
dengan menggunakan pembicaraan multijalur guna memompa minat mereka
dengan cara mundur lagi ke slide-slide awal, berbicara secara tidak
langsung dan berusaha untuk menunjukkan bagaimana satu sama lain saling
berkaitan. Para wanita yang hadir memberikan dukungan kepadanya dengan
memberikan senyuman ke arahnya, dengan menunjukkan beragam ekspresi
wajah dan bersuara sebagaimana halnya orang yang sedang menyimak seperti
“Ah-ha” “Ya!” dan “Mmmm” dan mereka umumnya tampak tertarik. Marie
senang sekali dengan tanggapan balik dari para audiens wanita dan mulai
berceloteh kepada mereka, sehingga secara tak sengaja mengabaikan para
pria. Seluruh presentasinya berubah menjadi aksi akrobatik. Dia selesai
dan pergi keluar, dengan keyakinan bahwa dia telah berhasil melakukan
pekerjaan yang hebat dan tak sabar lagi menunggu tanggapan dari pihak
perusahaan tersebut.
Berikut ini adalah percakapan yang berlangsung di antara para eksekutif pria sewaktu minum kopi setelah Marie pergi:
Direktur Pemasaran: “Apakah kalian menangkap apa yang tadi dikatakannya?”
Pimpinan Eksekutif: “Tidak ..... dia bikin aku bingung. Bilang kepadanya supaya mengirim proposal itu dalam bentuk tertulis.”
Marie
telah menggunakan percakapan multijalur dalam presentasinya dan
menggunakan percakapan-percakapan tidak langsung terhadap sekelompok
pria yang tidak dapat menangkap isyarat tentang apa yang sedang
dibicarakannya atau apa berhubungan dengan apa. Para eksekutif wanita
senang dengan presentasi itu dan ikut berpartisipasi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan namun tak ada pria yang ingin mengacungkan jari
tangannya dan mengakui bahwa dirinya tidak paham.
Seorang
wanita perlu memahami bahwa bila seorang pria tidak dapat mengikuti apa
yang sedang dikatakannya maka dia seringkali akan berpura-pura paham
daripada dirinya kelihatan bodoh. Manakala seorang pria tidak dapat
mengikuti pembicaraan bisnis seorang wanita, maka seringkali dia akan
berpura-pura paham. Para wanita seringkali mengharapkan para pria dalam
hidup mereka akan memahami, menguraikan dan bisa mengikuti percakapan
tidak langsung. Namun para pria tidak dapat melakukan hal itu. Tanpa
memandang usia seorang pria, seorang wanita tetap perlu berbicara secara
langsung. Beri dia jadwal waktu, agenda, jawaban-jawaban berdasarkan
fakta dan tenggat waktu. Para wanita perlu bersikap langsung terhadap
para pria dalam bisnis dan memberi mereka satu hal dalam satu waktu
untuk dipertimbangkan.
Sementara, Marie masih menunggu
jawaban yang dinantikannya.....Percakapan Tidak Langsung Di Rumah
Tatkala seorang wanita berkata ..... Maksud sebenarnya adalah .....Kita
perlu bicara Aku sedang stres atau punya masalah Kita perlu Aku ingin
Aku menyesal Kamu yang akan menyesal Itu keputusanmu Selama aku setuju
Itu tidak masalah bagiku Tentu saja itu masalah bagiku! Kamu harus
belajar berkomunikasi Pokoknya setujui saja apa kataku Apakah kau
mencintaiku? Aku ingin sesuatu yang mahal Kamu bersikap manis deh malam
ini Apakah seks saja yang selalu kaupikirkan? Seberapa besar cintamu
kepadaku? Aku telah melakukan sesuatu yang tak akan kausukai Bersikap
romantislah, padamkan Kedua pahaku sudah bergelambir lampunya
Studi Kasus:
Anne
Dan Tomi Anne pergi belanja dengan teman-temannya dan ingin agar anak
laki-lakinya yang berumur 16 tahun, Tomi, membersihkan dapur. “Tomi
maukah kau membantu ibu membersihkan dapur?” tanyanya. “Uh .....yeah
.....” jawabnya bergumam. Tatkala Anne sudah kembali dari perjalanannya
dengan teman-temannya, dapurnya ternyata masih berantakan. Sesungguhnya,
bahkan lebih parah daripada sebelum ditinggal pergi tadi. Dia pun
marah. “Tapi aku akan membersihkannya sebelum pergi keluar nanti malam!”
kata Tomi membela diri. Masalahnyadi sini ada pada Anne. Dia telah
menggunakan percakapan tidak langsung dan berasumsi bahwa Tomi akan
menyadari bahwa manakala ibunya pulang nanti bersama teman-temannya,
dapurnya akan perlu dibersihkan. Dia tadi bertanya, “Apakah kau mau
membantu ibu membersihkan dapur?” Tak ada remaja pria yang mau
“membersihkan” dapur dan tidak juga Tomi. Sebuah permintaan yang
disertai tenggat waktu seperti, “Tomi,tolong dapurnya dibersihkan
sebelum ibu pulang tengah hari nanti” akan lebih menjamin hasil yang
pasti.
Para anak laki-laki tidak “suka” melakukan pekerjaan rumah
tangga—kepada mereka perlu diperintahkan untuk melakukan hal itu. Malam
itu, Anne berkata kepada Tomi, “Ibu kepingin kamu belajar dulu satu jam
sebelum tidur.” Pendekatan tidak langsung model begini akan berhasil
diterapkan terhadap anak-anak wanita tapi tidak mempan terhadap
anak-anak pria. Otak seorang anak pria mendengarnya bahwa sang ibu ingin
dia melakukan hal itu namun sesungguhnya dia tidak diperintahkan untuk
melakukannya, maka dia pun tidak melakukannya. Bila ibunya mendapatinya
mendengarkan radio atau nonton TV, maka bisa saja timbul pertengkaran.
Perintah langsung dengan batas waktu adalah satu-satunya cara yang
realistis untuk menangani para pria. “Tomi, ibu ingin kamu belajar satu
jam di kamarmu dan ibu akan datang untuk mengucapkan selamat tidur
sebelum kamu pergi tidur. ”Dengan instruksi langsung maka terdapat ruang
yang sempit untuk terjadinya miskomunikasi dan para pria menghargai
arahan-arahan yang jelas. Kebanyakan wanita mengkhawatirkan bahwa
percakapan langsung terlalu agresif atau konfrontatif. Manakala
diterapkan terhadap wanita lain, itu mungkin benar. Akan tetapi, bagi
para pria, percakapan langsung sangatlah normal karena memang begitulah
cara mereka berkomunikasi.
Solusi Bagi Para Wanita:
percakapan
tidak langsung digunakan oleh para wanita untuk menjalin ikatan dengan
para wanita lainnya. Gunakanlah hanya percakapan langsung terhadap para
pria. Pada awalnya mungkin terasa sulit namun dengan latihan akan
memberikan hasil-hasil yang Anda inginkan dan akan mendapati lebih
sedikit ketidaksepakatan dengan para pria dalam hidup Anda.
Bagi Para Pria:
bila
seorang wanita sedang bicara dan Anda mengalami kesulitan dalam
mengikuti alurnya, maka duduklah ke belakang, simaklah dan terus cermati
tanpa menawarkan solusi. Yang terburuk, beri dia batas waktu—“Aku mau
nonton berita jam 7 malam, sayang, tapi sambil menunggu sampai saat itu
aku akan terus mendengarkan pembicaraanmu.” Tatkala Anda melakukan hal
ini maka biasanya dia sendiri yang akan berhenti bicara dan merasa
senang dan rileks, tanpa Anda harus melakukan sesuatu.
Salah
seorang pembaca kami mengirim Kamus Istilah-Istilah Tidak Langsung
Wanita yang terjadi selama berlangsungnya pertengkaran rutin mereka.
“Baik”
Seorang wanita menggunakan kata ini di akhir suatu pertengkaran di mana
dia yakin bahwa dia yang benar tapi perlu membuat lawan bicara prianya
tutup mulut. Seorang pria hendaknya jangan sekali-kali menggunakan
“Baik” untuk menggambarkan seperti apa tampaknya seorang wanita. Ini
akan menimbulkan pertengkaran yang berakhir dengan si wanita .
berkata
“Baik!” “Lima menit” Ini sekitar setengah jam. Ini sama dengan lima
menit sebelum pertandingan sepak bola yang berakhir sebelum seorang pria
berkata dia akan membawa sampah ke luar.
“Tidak apa-apa”
Ini berarti “ada apa-apa.” “Tidak apa-apa” biasanya digunakan untuk
menggambarkan perasaan yang dimiliki oleh seorang wanita tatkala dia
merasa seperti membuat seorang pria tercekat. “Tidak apa-apa” seringkali
menandai awal sebuah pertengkaran yang akan berlangsung selama “Lima
menit” dan berakhir dengan kata “Baik.” “Teruskan” (dengan alis mata
diangkat) Ini adalah suatu tantangan yang berakhir dengan hasil di mana
seorang wanita menjadi jengkel dengan “Tidak apa-apa” dan akan berakhir
dengan kata “Baik.” “Terus” (dengan alis mata biasa-biasa saja) Ini
artinya “aku menyerah” atau “Terserah apa maumu karena aku tidak
peduli.” Anda biasanya akan menerima kata “Teruskan” (dengan alis mata
diangkat) dalam waktu beberapa menit setelah itu, diikuti dengan “Tidak
apa-apa” dan “Baik” dan dia akan berbicara kepada Anda sekitar “Lima
menit” manakala dia mulai tenang. “Mendesah dengan suara keras” Ini
artinya dia berpikir bahwa Anda orang dungu dan bertanya-tanya pada
dirinya sendiri mengapa tadi dia menghabis-habiskan waktunya dengan
berada di sini dan bertengkar dengan Anda tentang sesuatu yang “Tidak
apa-apa.”
“Oh?” Sebagai awal dari sebuah kalimat, “Oh”
biasanya menandai bahwa Anda tertangkap basah sedang berbohong.
Misalnya, “Oh?” Aku sudah bicara dengan adik laki-lakimu tentang apa
yang kamu lakukan tadi malam” dan “Oh?” Aku diminta untuk mempercayai
hal itu kan?” Dia akan bilang kepada Anda bahwa dia “Baik” sambil
melempar pakaian Anda ke luar jendela namun jangan menambah kebohongan
lagi untuk keluar dari situasi tersebut, atau Anda akan mendapat
“Teruskan” dengan alis mata diangkat. “Baiklah” Ini artinya dia ingin
berpikir lama dan keras sebelum membalas apa pun yang telah Anda
lakukan. “Baiklah” seringkali digunakan dengan “Baik” dan digunakan
sebagai sambungan dari “Teruskan” dengan alis terangkat. Pada titik
tertentu tak lama setelah itu tatkala dia sudah selesai membuat rencana,
maka Anda akan berada dalam masalah yang besar. “Silakan” Ini bukanlah
sebuah pernyataan, ini adalah tawaran kepada Anda untuk bicara. Seorang
wanita sedang memberi Anda peluang untuk mengemukakan alasan atau dalih
apa pun yang Anda miliki atas apa pun yang telah Anda lakukan. Bila Anda
tidak berkata jujur maka Anda akan mendapatkan kata “Baiklah” pada
akhirnya. “Sungguh?” Dia tidak sedang mempertanyakan validitas apa yang
sedang Anda katakan, dia sekadar memberitahu Anda bahwa dia tidak
percaya sepatah kata pun. Anda menawarkan untuk memberi penjelasan dan
mendapatkan “Silakan.” Semakin banyak Anda mengemukakan alasan
kepadanya, maka makin keras dan sarkastis kata-kata “Sungguh” darinya,
dibumbui dengan banyak kata “Oh,” “mengangkat alis mata” dan diakhiri
dengan “mendesah dengan suara keras.” “Terima kasih banyak” Seorang
wanita akan mengatakan ini ketika dia sungguh-sungguh sudah muak
terhadap Anda. Ini tandanya Anda telah menyakitinya dengan tanpa peduli,
dan akan disusul dengan “mendesah dengan suara keras.” Jangan tanyakan
apa yang salah setelah “mendesah dengan suara keras” ini, karena dia
akan berkata, “Tidak apa-apa.” Lain kali saat di mana dia akan
membiarkan Anda akrab lagi dengannya akan menjadi “Suatu Hari.”
Like/Share bila dirasakan bermanfaat
Best Regards
Lofe
Lofe
No comments:
Post a Comment